
Jika sudah sampai Banjarnegara, tentu rugi rasanya jika tidak sampai naik ke pegunungan Dieng yang terkenal akan keindahan pemandangan, kawah dan kompleks candinya. Ada banyak tempat wisata yang bisa dieksplorasi di Dieng Plateau, seperti kawah sikidang, telaga warna, kawah candradimuka, candi arjuna, dll. Total ada sekitar 21 objek wisata yang sebetulnya wajib untuk dilihat sebagaimana direferensikan oleh website ini. Saking banyaknya, dibutuhkan waktu lebih dari sehari mungkin jika mau melihat semuanya karena jarak antar lokasinya yang rata-rata cukup jauh dan membutuhkan kendaraan. Sayangnya area ini tidak ada satupun hotel bagus yang nyaman untuk menginap, tapi jika hostel atau hotel melati ada banyak yang bertebaran disini. Karenanya pilihan menginap yang nyaman paling hanya sekitaran Banjarnegara, Wonosobo & Purwokerto. Selain masalah hotel, problem berikutnya adalah transportasi. Dibutuhkan kendaraan pribadi dan angkutan umum (minivan) untuk naik keatas dari Wonosobo. Bagi turis lokal sih tentu tidak ada masalah, tapi bagi turis asing sangat tidak menjual. Seharusnya Pemda Jawa Tengah bisa lebih serius menggarap kawasan wisata Dieng ini secara maksimal, sehingga bisa lebih ramai seperti kawasan Puncak.

Sebetulnya maksud hati ingin jalan-jalan kesana dari pagi, tapi sayang tidak bisa karena ada acara lamaran saudara di Banjarnegara. Jadi ya acara utama tentu harus didahulukan, baru setelah shalat Dzuhur bisa jalan kesana. Perjalanan kesana jika ingin lewat jalur utama adalah melalui rute Wonosobo, lalu naik ke arah Dieng Plateau. Tapi berhubung saya kurang tau daerah sekitar sini, sayapun terpaksa mempercayakannya kepada google map. Alhasil mobil kamipun dibawa lewat jalur alternatif yang secara kilometer sih memang lebih singkat, tapi secara level kenyamanan sangatlah buruk, dan hasil akhirnya adalah durasi perjalanannya tidak lebih cepat juga daripada jalur utama.

Dan parahnya lagi, kami diarahkan melalui daerah bekas longsor di daerah desa sumberejo, batur, Banjarnegara. Hampir nangis rasanya melihat pemandangan sekitar yang menyedihkan, pohon-pohon berserakan, rumah yang tertimbun dan desa yang terbelah. Tidak henti2nya mengucapkan dzikir dan rasa syukur masih diberikan nikmat oleh Allah SWT. Sekedar informasi, bagi yang tidak membawa kendaraan SUV, sangat tidak disarankan lewat jalur ini, karena di area longsoran ini mobil akan dipaksa mendaki curam hingga 60 derajat dan posisi membelok, jadi tidak bisa ambil ancang-ancang lurus sebelum mendaki. Mobil pasti akan kehilangan torsi dan momentum saat mendaki. Butuh perjuangan yang cukup bikin jantung berdetak kencang saat bermanuver seperti ini. Tapi terlepas dari daerah longsor tersebut, dijamin kita akan menikmati keindahan panorama pegunungan yang sangat hijau menawan dan sejuk sepanjang perjalanan yang tidak akan terlupakan.
Sekitar pukul 15.30, kamipun tiba di kawasan Dieng. Sebelum masuk ke kawasan wisata, kami harus isi bahan bakar dulu, yang sudah sangat tiris setelah extra perjuangan dijalur longsor sebelumnya, di SPBU Pertamina yang berada di puncak sebelum pintu masuk kawasan wisata Dieng. Berhubung waktu yang sudah sore, terpaksalah hanya bisa memilih salah satu objek wisata yang bisa dikunjungi. Apalagi saat itu sedang tanggal libur lebaran, sehingga pengunjung sangat membludak dan macet luar biasa. Butuh waktu hampir sejam hanya untuk menembus kawasan wisata ini dan parkir di kawah sikidang. Tapi semua itu terbayar saat melihat pemandangan kawah yang tersebar di areal perbukitan yang terus mengeluarkan asap putih. Area Dieng ini sangat sejuk dan tentu saja udaranya beraroma belerang. Ada banyak pedagang yang menawarkan masker 10 ribu isi 4 pcs jika kita merasa kurang nyaman karena bau menyengat. Disini kita bisa melihat kawah yang berisi air yang sangat panas dan mengeluarkan uap asap putih tebal secara dekat. Di beberapa lokasi terdapat pedagang yang menawarkan telur rebus yang langsung direbus di dalam air panas di kawah kecil ini. Rasanya tentu saja agak berbeda dan agak lebih tebal dibandingkan dengan telur yang biasa direbus di rumah.
Melihat asap uap putih dari dalam tanah, saya sedikit iseng mencoba memegang uap tersebut dari jarak dekat…. ternyata puanass sekali lho…. Oh ya, ada sedikit wejangan dari saudara di Banjarnegara, karena suhu udara di Dieng sangat dingin dapat mengakibatkan indera perasa kita menjadi kurang sensitif. Jadi jika membeli telur rebus disana, sebaiknya jangan langsung dimakan meski terasa sudah agak hangat…. tapi ditiup dulu dan sebaiknya ditunggu agak lama agar yakin lebih dingin. Karena indra tangan kita mungkin merasa sudah hangat, padahal telur tersebut masih panas di suhu yang sebenarnya. Alhasil jika kita memaksakan makan telur yang sebetulnya masih panas tersebut, lidah kita bisa melepuh dan sariawan.

Selain wisata kawah, di sepanjang jalan balik menuju parkiran terdapat banyak kios pedagang yang menjajakan jajanan dan minuman khas Dieng, yakni carica. Buat yang belum tau, Carica ini adalah pepaya kerdil (atau bantet kalo orang jawa bilang) yang diolah dengan sirup manis segar, dan sangat enak jika diminum dalam kondisi dingin. Olahannya mirip dengan asinan, tapi rasanya sangat manis. Sangat recommended untuk oleh-oleh.
Gak terasa haripun sudah mulai gelap, sedikit kecewa karena sebetulnya masih ingin melihat telaga warna. Tapi ya sudahlah, Inshaa Allah next time kalau kesini lagi. Jadi hari ini acara ditutup dengan perjalanan pulang kembali ke hotel untuk beristirahat.